Sendirian duduk di teras. Bener-bener ngerasa sendirian. Tiba-tiba mikir “pengen balik ke masa kecil” tapi kepikir lagi “Emang apa yang menyenangkan dari masa kecil aku?” Susah payah aku ingat, tetep gak ada .
Dari kelas satu SD, dari TK bahkan. Aku udah terbiasa sendirian. Mama kerja,papa kerja. Pulang sekolah paling Cuma ada papa. Kalo mama kerja kena bagian pagi, ya aku ketemunya sore hampir malem kadang. Kalo kena bagian sore ya paling jemput mama sambil ketiduran di motor.
Siang-siang pulang sekolah saking gada temennya, ke rumah temen satu-satu nyariin yang mau main sama aku. Kerumah yang satu kalo dianya lagi tidur ya ke rumah yang satu lagi. Kalo yang satunya lagi pergi, ya kerumah yang satunya lagi. Sampe nemu yang mau aku ajak main . walaupun ujung-ujungnya aku kyak ga dianggep. Main rumah-rumahan tapi tidurnya di luar. Main komputer tapi akunya gaboleh nyentuh. Sampe kalo bener-bener gada temen, aku pake cara nraktir mereka supaya mau main sama aku.begitulah setiap harinya dan berulang selama bertahun-tahun.
Sekolah di anter pake anter jemput mobil. Di jemput jam 6 pagi dan muter-muter jemput yang lain. Pulang hampir sore karna nganter yang lain dulu (efek punya rumah paling jauh). Paling jarang ngerasain yang namanya di anter jemput sama mama atau papa. Banter-banter bagi rapot. Makanya paling seneng kalo mama libur dan jemput aku ke skolah dan pulangnya pasti cari tmpat makan.
Emang semuanya terasa biasa aja sih. Sampe suatu saat papa di pindah tugaskan ke jawa. Hidup aku gada yang berubah sih. Tetep dianter jemput pake mobil. Tetep nyari temen kalo pulang sekolah. Semuanya tetap. Cuma lama kelamaan kok akunya ngerasa beda,mulai ngerasa makin sendirian. Ketemu papa setahun sekali. Kalo kangen paling Cuma bisa lari ke teras. Nangis. Gabisa apa-apa.
Beberapa tahun setelah papa pindah, kantor mama di renovasi dan PHK-in semua karyawannya termasuk mama. Semenjak kejadian ini sedikit banyak hidup aku berubah. Mama mulai gak sanggup bayar antar jemput karna waktu itu lmayan mahal. Mama gada kerjaan. Sampe Mama ditawarin sama tetangga untuk dipinjamin modal untuk buka warung kecil-kecilan. Karna penghasilannya gak terlalu besar, mau gak mau aku gak bisa ikut antar jemput lagi. Aku juga gak punya motor. Jadi aku di suruh mama pergi sekolah pake angkot. Pagi-pagi sekali udah turun dri rumah buat jalan ke terminal. Sampe terminal nunggu lagi angkotnya gak jalan-jalan. Pengen nangis tapi mau gimana lagi. Nyampe depan gg sekolah, lari sekencang-kencangnya karna gamau telat. Pulang sekolah gitu lagi. Nungguin angkot di depan gg sekolah. Terus berhenti di perempatan koyoso . nunggu angkot lagi. Sampe terminal, jalan kaki lagi sampe rumah.
Kelas 6 SD , tiap libur bantuin mama belanja barang-barang warung pake sepeda ke terminal. Pulangnya bawa belanjaan d depan n belakang sepeda. Gatau kenapa dulu bisa serajin itu.
Sampe aku SMP. Hidup aku masih serba sederhana, jauh dari hidupku yang dulu. Sekarang perabotan rumah udah habis mama jual untuk kebutuhan rumah. Untuk sekolah aku, untuk makan. Semakin lama papa jarang ngirim uang, entahlah apa yg terjadi sama mereka aku gamau tau. Semua perabotan rumah udah gada lagi. Kosong melompong, Cuma tersisa kursi . lemari, kasur sama peralatan dapur. Gada lagi tv, dvd, kulkas atau yang lainnya. Kalo mau nonton ya kerumah tetangga. Warung semakin lama semakin sepi. Perabotan rumah udah gada yang bisa di jual lagi. Bahkan buat makan pun susah.
SMP aku beda dikit lah sama SD, gak nak angkot lagi, tapi naik bis pelajar yang jauh lebih sumpek dari angkot. Lebih gabisa diperkirakan kapan datengnya. Di SMP rute perjalanan kaki lebih panjang. Berhubung dulu sekolah aku numpang di SMP 16, ya pulang sekolah aku harus jalan kaki sampe jeruju sambil nunggu angkot yang lewat dan berharap sekali ada tetangga yang lewat dan numpangin aku. Sekalian hemat ogkos .
Mau kenaikan kelas 2, aku pindah di rumah embah di pancasila. Sebenranya ini bukan kemauan aku ataupun mama. Tapi kami terpaksa karna udah gak punya uang lagi untuk kehidupan sehari-hari. Sumpah aku sama sekali ak betah disana. Selain penghuninya ramai, anaknya juga bawa dampak buruk. Gapernah belajar sama sekali. Aku juga gak punya kamar dirumah itu, jadi tiap hari tidur di ruang tengah gapake kasur. Punya saudara cewek yang super nyebelin.
Gada yang menyenangkan sama sekali di hidup aku, bahkan di sekolah pun udah biasa jadi korban penindasan anak-anak orang kaya. Inilah hidup aku, semuanya serba biasa saja, gada yang istimewa, gak ada yang patut di kenang.
Dan satu lagi yang aku inget, hari ulang tahun aku gapernah special. Bahkan untuk di ingatpun mungkin enggak :’)
SEKIAN CERITA DARI SAYA . terima kasih sudah membaca . jangan pernah merubah apapun ya
Selasa, 24 April 2012
Minggu, 22 April 2012
teman ?
Ini ceritaku tentang sebuah kekecewaan terhadap beberapa teman yang sebenarnya tak patut lagi di sebut teman.
Sebenarnya ini dimulai satu setengah tahun yang lalu. Awalnya aku merasa menemukan teman yang benar-benar teman. Karena telah menghabiskan banyak waktu untuk bersama. Aku juga punya teman satu SMP yang aku kira bisa jadi teman baikku tapi ternyata jauh dari yang dibayangkan. Aku yang lebih duluan dekat dengan anak-anak yang lain mencoba membawanya agar bisa dekat dengan yang lain. Kemanapun aku dan anak-anak lain pergi, aku selalu berupaya untuk mengajaknya walaupun kadang ia terlalu sibuk mengurusi teman-teman smp nya.
Sebenarnya aku sudah mulai merasa nyaman dengan keadaan kelas waktu itu, di tambah lagi dengan teman-teman yang selalu menghargai keberadaan aku, aku mulai merasakan indahnya masa-masa SMA. kami berfoto bersama, karaoke dan kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya. Sampe hari itu tiba, mereka pergi tanpa aku. Aku tidak ikut bukan karna aku tak mau. Tapi menghargai pacarku yang saat itu juga tak ikut bersama mreka. Tapi di balik itu ternyata mereka membuat suatu perjanjian, perjanjian persahabatan lebih tepatnya. Mereka menamai diri mereka dengan sebutan MEONG. Semenjak hari itu semuanya berubah. Tak ada aku lagi. Setiap hari mereka selalu membanggakan apa yang telah mereka lewati hari itu. Hari dimana meong terbentuk. Aku merasa seperti di buang, keberadaanku tidak dianggap. Bahkan aku seperti musuh bagi mereka. Sampe saat ini,hanya saat mereka memerlukan aku mereka menebut namaku. Selain itu? Tidak pernah. Saat membutuhkan solusi mereka mencariku. Saat masalah itu selesai, mereka seperti tak mengenalku. Sejujurnya kekecewaan in sudah terpendam lama sekali. Jauh di lubuk hati yang paling dalam aku merindukan saat saat itu, saat dimana aku berada di tengah mereka dan menjadi diriku sendiri tnpa takut dengan yang orang lain katakan. Tertawa bersama hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sampai akhirnya aku menyadari, tempatku bukan disana. Mungkin aku tak pantas ada di tengah-tengah mereka. Aku hanya seorang anak yang terlahir di kluarga sederhana dan memang tak selayaknya aku berharap bise berada di antara mereka.
Tapi aku berterima kasih karena kalian, aku bisa merasakan indahnya masa SMA walaupun sebentar, karena kalian aku bisa belaajar untuk tidak mudah percaya kepada orang lain, karena kalian aku bisa belajar menghargai orang-orang di sekeliling aku.
Sebenarnya ini dimulai satu setengah tahun yang lalu. Awalnya aku merasa menemukan teman yang benar-benar teman. Karena telah menghabiskan banyak waktu untuk bersama. Aku juga punya teman satu SMP yang aku kira bisa jadi teman baikku tapi ternyata jauh dari yang dibayangkan. Aku yang lebih duluan dekat dengan anak-anak yang lain mencoba membawanya agar bisa dekat dengan yang lain. Kemanapun aku dan anak-anak lain pergi, aku selalu berupaya untuk mengajaknya walaupun kadang ia terlalu sibuk mengurusi teman-teman smp nya.
Sebenarnya aku sudah mulai merasa nyaman dengan keadaan kelas waktu itu, di tambah lagi dengan teman-teman yang selalu menghargai keberadaan aku, aku mulai merasakan indahnya masa-masa SMA. kami berfoto bersama, karaoke dan kegiatan-kegiatan menyenangkan lainnya. Sampe hari itu tiba, mereka pergi tanpa aku. Aku tidak ikut bukan karna aku tak mau. Tapi menghargai pacarku yang saat itu juga tak ikut bersama mreka. Tapi di balik itu ternyata mereka membuat suatu perjanjian, perjanjian persahabatan lebih tepatnya. Mereka menamai diri mereka dengan sebutan MEONG. Semenjak hari itu semuanya berubah. Tak ada aku lagi. Setiap hari mereka selalu membanggakan apa yang telah mereka lewati hari itu. Hari dimana meong terbentuk. Aku merasa seperti di buang, keberadaanku tidak dianggap. Bahkan aku seperti musuh bagi mereka. Sampe saat ini,hanya saat mereka memerlukan aku mereka menebut namaku. Selain itu? Tidak pernah. Saat membutuhkan solusi mereka mencariku. Saat masalah itu selesai, mereka seperti tak mengenalku. Sejujurnya kekecewaan in sudah terpendam lama sekali. Jauh di lubuk hati yang paling dalam aku merindukan saat saat itu, saat dimana aku berada di tengah mereka dan menjadi diriku sendiri tnpa takut dengan yang orang lain katakan. Tertawa bersama hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sampai akhirnya aku menyadari, tempatku bukan disana. Mungkin aku tak pantas ada di tengah-tengah mereka. Aku hanya seorang anak yang terlahir di kluarga sederhana dan memang tak selayaknya aku berharap bise berada di antara mereka.
Tapi aku berterima kasih karena kalian, aku bisa merasakan indahnya masa SMA walaupun sebentar, karena kalian aku bisa belaajar untuk tidak mudah percaya kepada orang lain, karena kalian aku bisa belajar menghargai orang-orang di sekeliling aku.
Categories
pemikiransesaat
Langganan:
Postingan (Atom)